Tribratanews.kepri.polri.go.id – Golongan putih (golput) pada dasarnya adalah sebuah gerakan moral yang dicetuskan pada 3 Juni 1971 di Balai Budaya Jakarta, sebulan sebelum hari pemungutan suara pada pemilu pertama di era Orde Baru dilaksanakan.Arief Budiman sebagai salah seorang eksponen Golput berpendapat bahwa gerakan tersebut bukan untuk mencapai kemenangan politik, tetapi lebih untuk melahirkan tradisi di mana ada jaminan perbedaan pendapat dengan penguasa dalam situasi apa pun. Menurut kelompok ini, dengan atau tanpa pemilu, kekuatan efektif yang banyak menentukan nasib negara ke depan adalah ABRI. Kebanyakan tokoh pencetus Golput adalah “Angkatan ‘66”, walaupun sebagian tokoh “Angkatan ‘66” diakomodasi Orba dalam sistem. Mereka ada yang menjadi anggota DPR-GR, bahkan Menteri. Namun, ada pula yang tetap kritis melawan rezim baru yang dianggap mengingkari janji itu. Pencetusan gerakan itu disambung dengan penempelan pamflet kampanye yang menyatakan tidak akan turut dalam pemilu. Tanda gambarnya segi lima dengan dasar warna putih, kampanye tersebut langsung mendapat respons dari aparat penguasa.
Hal politik bisa diilhami lagi lebih dekat, agar tidak sampai berujung pada konflik dengan cara pengendalian konflik sosial yang tepat dan efektif. Namun, meski dengan pengendalian yang sangat efektif, ternyata ada saja beberapa orang yang mengabaikan peraturan yang sangat krusial dalam politik, yakni pemilihan umum. Banyak yang akhirnya berujung pada golput, yang memiliki dampak-dampak beragam, yang sebenarnya juga merugikan diri mereka sendiri. Apa sajakah dampak dari golput tersebut antara lain :
- Proyek Pembangunan Pemerintah Kurang Terdukung
Dampak negatif dari golput yang paling penting adalah tidak terdukungnya program pemerntah yang padahal cukup efektif karena kurangnya “minat” dari masyarakat. Tingkatan minat tadi juga turun karena adanya berbagai pihak yang memutuskan untuk golput, walaupun padahal apabila mereka bisa merubah pikirannya untuk tidak golput, maka program pemerintah tadi sudah seharusnya bisa berjalan dengan semestinya. Karena itulah, sebelum anda membulatkan pikiran anda untuk benar-benar melakukan golput, anda perlu berpikir sejenak tentang efek jangka panjang apakah yang akan terlahir dari golput itu sendiri. Perlu anda ingat bahwa efek dari golput tidak hanya sebentar saja, namun bisa sampai bertahun-tahun lamanya, jadi jangan heran bila negara tidak memiliki kemajuan yang pesat nantinya. Perlu diingat, selain bisa melambankan proyek pemerintah, golput juga dapat memicu Politik yang berisi kesremawutan yang bisa berujung pada konflik-konflik seperti penyebab konflik Ambon, penyebab konflik Poso, ataupun penyebab perang Aceh.
- Mencemirkan Bangsa yang Tidak Berdemokrasi Dalam Negara Demokrasi
Padahal kita diberi kesempatan untuk bisa memilih, mengeluarkan suara dengan bebas sesuai dengan hati kita sendiri, paling tidak kita sudah diberi kesempatan untuk hidup sebagai rakyat yang demokratis. Sayangnya, dengan banyak orang yang memutuskan untuk golput, status negara pun juga dipertanyakan, apakah negara kita masih negara demokratis? Atau negara yang hanya berisikan orang-orang apatis? Sungguh ironis bila negara kita yang terkenal akan sebutan negara demokratis, namun dihuni oleh pihak-pihak yang sama sekali tidak demokratis. Selain itu, peran masyakarat yang tidak demokratis mencemirkan politik juga biasa digunakan untuk ajang dalam memulai penyebab konflik antar suku atau penyebab konflik antar agama yang tentunya memiliki dampak konflik agama yang mengerikan.
- Hak Tidak Digunakan Secara Maksimal
Penggunaan hak suara kita tadi harusnya bisa kita gunakan dengan baik, dengan cara mengikuti prosedur pemilihan suara sebagaimana mestinya. Walaupun cukup sederhana, tapi penyaluran hak anda sebagai pemilih suara bisa menentukan kehidupan daerah atau negara sekalipun kedepannya. Sungguh sayang apabila hak yang seharusnya bisa menjadi sebuah kesempatan untuk merubah daerah kita menjadi lebih baik, malah dibuang begitu saja dengan berbagai alasan seperti malas, alasan sakit yang dibuat-buat, dan sebagainya. Dan ironisnya, banyak sekali pihak yang memprotes kebijakan negara yang menurut mereka tidak baik, padahal mereka sendiri golput, tidak memiliki kontribusi apapun pada negara. Hanya dengan memilih saja tidak mau, apalagi melakukan pengorbanan-pengorbanan lain bagi negara.
Dari 3 dampak buruk dari golput seperti yang dijelaskan diatas dan masih banyak lagi dampak-dampak buruk lainya apakah kita masih memilih untuk golput? Tentu jika iya maka kita sendirilah yang akan mendapatkan kerugian, untuk itu marilah kita mulai menentukan sikap untuk mulai memilih pemimpin dan wakil rakyat yang nantinya akan memperjuangkan aspirasi masyarakat, agar tercapainya cita-cita kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Penulis : Rexi
Editor : Tahang
Publish : Tahang